Cari Blog Ini

Kamis, 26 Mei 2011

Mereka Lebih Memilih Pelacur

Malam itu seorang wanita paruh baya yang belum lama aku kenal bertandang kerumahku, kebetulan rumahku cukup ramai malam ini, dua orang tetanggaku aku dan ibu paruh baya itu, kita berempat mengahabiskan seperempat malam ini untuk sekedar berbincang melepas lelah saat beraktifitas siang tadi. Ibu Ning, wanita paruh baya itu, mencoba bercerita tentang masalahnya dengan wajah muram dan bicaranya yang terbata bata.
Suatu kesempatan Ibu Ning mendapati suaminya berbicara berbisik bisik di telpon, entah apa yang di bicarakan, seakan tak boleh ada yang tau, ah mungkin hanya rekan kerjanya yang menanyakan hasil rapat tadi. Kejadian ini terjadi berulang ulang, hingga membuat bu Ning geram dan menanyakan hal tersebut dengan nada marah. Pak Agung nama suami Bu Ning, dia berusaha menenangkan istrinya yang kalap hingga membanting sebuah vas bunga di depannya, bagaimana tak marah, Pak Agung masih berusaha mengelak atas tuduhan Bu Ning, tuduhan suaminya memiliki wanita lain. Tuduhan ini tak sembarangan Bu Ning berikan, pasalnya rekan kerja Bu Ning sering mendapati Pak Agung bersama wanita lain,bocah ingusan meraka menyebutnya. wanita muda yang baru lulus SMA.
Kabarnya wanita itu memang tak benar kelakuannya, sejak SMA dia sering "diajak" om2 senang.

"dalam hati ini rasanya miris sekali, seperti teriris iris walaupun bukan aku yang mengalami masalah Bu Ning itu. pantas saja dia seoarang pelacur jadi pria mana saja dia mau asal berduit, tapi kenapa Pak Agung lebih memilih pelacur itu?? aku melihat Bu Ning tak ada yang kurang darinya,dia wanita yang baik,perawakannya tinggi dan berisi,kulitnya juga putih,Bu Ning juga bekerja. jadi apa yang kurang??"

Pak Agung memang pria terpandang di kalangannya, kehidupannya yang lebih mungkin salah satu penyebab masalah ini, entah bagaimana ceritanya hingga dia bertemu dan berhubungan dengan pelacur itu. Bu Ning mencoba meminta penjelasan atas beredarnya berita itu, berita itu dengan cepat menyebar di lingkungan kerja Bu Ning. Pak Agung tak bicara banyak mengenai hal ini, tapi yang membuat Bu Ning kaget adalah Pak Agung membenarkan berita itu. Sontak emosi Bu Ning memuncak mendengar kata kata itu.

"kata kata itu keluar dari mulut suaminya,suami yang ia cintai hingga mereka memiliki dua anak yang beranjak remaja. tak ingatkah dia akan janjinya dulu, akan menjaga sang istri dalam keadaan apapun. tak ingatkah dia dengan surat surat itu. surat nikah resmi yang sangat sulit mereka dapat. dimana rasa cinta itu hingga Pak Agung tega menyakiti hati istrinya. dadaku terasa sesak bila Bu Ning menceritakan kelakuan suaminya itu."

Pernah berpikir untuk kabur dari rumah, tapi Bu Ning ingat dengan kedua anaknya, mereka Arjuna dan Feli, Juna hampir lulus dari SMA, dan Feli masih SMP. Entah bagaimana jadinya kalau mereka mengerti kelakuan ayahnya. Apa yang harus Bu Ning jelaskan pada mereka Juna lebih kritis dari Feli mungkin karena dia lebih dewasa, segala pertanyaan mungkin akan Juna lontarkan jika dia mengetahui hal ini.
suatu saat Juna mendapati ibunya menangis. dia tanya kenapa tap Bu Ning tak menjawab dengan jelas. Juna berpikir ada yang beres dengan semua ini, akhir2 ini ayahnya Pak Agung sering telat pulang kerumah juga jarang mengajaknya jalan2. tak berapa lama Juna mengetahui masalah ini, lebih parahnya dia tahu dari teman sekolahnya. betapa kaget dan malunya Juna.

"kalau aku jadi Juna mungkin aku akan melabrak cewek pengganggu itu yang menyebabkan ibunya sedih. akan aku tampar wajahnya aku jambak2 rambutnya dan akan aku cakar2 pipinya. aku tak kuasa menahan haru ketika Bu Ning menceritakan keadaan kedua anaknya pasca mengetahui kelakuan ayahnya."

Juna sakit2an,sudah seminggu ini dia dirawat dirumah sakit. dokter sudah berusaha mendiagnosa apa penyakitnya, tapi tak ada penyakit yang berarti. Bu Ning tahu kenapa anaknya bisa seperti ini, pasti karena kepikiran akan masalah itu. Beberapa temannya sudah tahu akan keadaan ini, tak bisa di pungkiri kalau hal tersebut mengganggu pikiran Juna.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar